Friday, 21 September 2012

Masyarakat Jawa....

TRADISI» halaman 1 | 2 | 3
Keagungan Pernikahan Budaya Jawa(Bagian I)

Budaya tanah Jawa masih menyimpan sejuta keindahan dan keagungan yang tetap dipegang teguh oleh masyarakatnya. Hal ini bisa dilihat dalam upacara pernikahan yang penuh makna dan unik. Beragam tradisi dan tata cara pernikahan menjadi bagian dari adat masing-masing wilayah. Berikut prosesi pernikahan adat Jawa Solo yang umum dilakukan oleh masyarakat Jawa Tengah dan sekitarnya, yang kami paparkan dalam 5 babak.
Teks: Ratri Suyani
BABAK I (PEMBICARAAN)

Tahapan ini intinya mencakup tahap pembicaraan pertama sampai tingkat melamar.
a. Congkog
Seorang perwakilan/duta diutus untuk menanyakan dan mencari informasi tentang kondisi dan situasi calon besan yang putrinya akan dilamar. Tugas duta yang utama ialah menanyakan status calon mempelai perempuan, masih sendiri atau sudah ada pihak yang mengikat.
b. Salar
Jawaban pada acara Congkog akan ditanyakan pada acara Salar yang dilaksanakan oleh seorang duta, baik oleh duta yang pertama atau orang lain.
c. Nontoni
Setelah lampu hijau diberikan oleh calon besan kepada calon mempelai pria, maka orang tua, keluarga besar beserta calon mempelai pria datang berkunjung ke rumah calon mempelai wanita untuk saling "dipertontonkan". Dalam kesempatan ini orang tua dapat membaca kepribadian, bentuk fisik, raut muka, gerak-gerik dan hal lainnya dari si calon menantu.
d. Nglamar
Utusan dari orangtua calon mempelai pria datang melamar pada hari yang telah ditetapkan. Biasanya sekaligus menentukan waktu hari pernikahan dan kapan dilakukan rangkaian upacara pernikahan.
BABAK II (TAHAP KESAKSIAN)

Setelah melalui tahapan pembicaraan, dilaksanakanlah peneguhan pembicaraan yang disaksikan pihak ketiga, seperti kerabat, tetangga, atau sesepuh.
a. Srah-srahan 
Penyerahan seperangkat perlengkapan sarana untuk melancarkan pelaksanaan acara hingga acara selesai dengan barang-barang yang masing-masing mempunyai arti dan makna mendalam di luar dari materinya sendiri, yaitu berupa cincin, seperangkat busana wanita, perhiasan, makanan tradisional, buah-buahan, daun sirih, dan uang.
b. Peningsetan 
Lambang kuatnya ikatan pembicaraan untuk mewujudkan dua kesatuan ditandai dengan tukar cincin oleh kedua calon mempelai.
c. Asok Tukon
Penyerahan dana berupa sejumlah uang untuk membantu meringankan keluarga pengantin wanita.
d. Paseksen
Yaitu proses permohonan doa restu dan yang menjadi saksi acara ini adalah mereka yang hadir. Selain itu, juga ada pihak yang ditunjuk menjadi saksi secara khusus yang mendapat ucapan terima kasih yang dinamakanTembaga Miring (berupa uang dari pihak calon besan).
e. Gethok Dina
Penentuan hari ijab kabul dan resepsi. Biasanya melibatkan seseorang yang ahli dalam memperhitungkan hari, tanggal, dan bulan yang baik atau kesepakatan dari kedua belah pihak saja.
BABAK III (TAHAP SIAGA)

Pembentukan panitia dan pelaksana kegiatan yang melibatkan para sesepuh atau sanak saudara.

a. Sedhahan
Mencakup pembuatan hingga pembagian surat undangan.
b. Kumbakarnan
Pertemuan untuk membentuk panitia hajatan dengan mengundang sanak saudara, keluarga, tetangga, dan kenalan. Termasuk membicarakan rincian program kerja untuk panitia dan para pelaksana.
c. Jenggolan atau Jonggolan
Calon mempelai melapor ke KUA. Tata cara ini sering disebut tandhakanatau tandhan, artinya memberitahukan dan melaporkan pada pihak kantor pencatatan sipil bahwa akan ada hajatan pernikahan yang dilanjutkan dengan pembekalan pernikahan.

BUSANA PENGANTIN JAWA - SOLO PUTRI




Lihat juga: Busana Pengantin Jawa - Solo Basahan
facebook twitter
TATA RIAS PENGANTIN JAWA - SOLO PUTRI



PENGANTIN WANITA 
Kecantikan pengantin Jawa Solo adalah suatu bentuk karya budaya yang penuh makna dan filosofi tinggi. Tradisi busana ini terinspirasi dari busana para bangsawan dan raja keraton Kasunanan Surakarta dan Istana Mangkunegaran, Jawa Tengah. Ada dua gaya busana pengantin Jawa Solo, busana pengantin Solo Putri dan busana pengantin Solo Basahan.
Pada busana pengantin Solo Putri, untuk pengantin wanita terdiri dari kebaya di bagian atas dan kain batik di bagian bawah. Di bagian atas, pengantin menggunakan kebaya yang terbuat dari beludru berwarna hitam, hijau, biru, merah, ungu atau coklat. Bahan beludru menambah kesan glamor dan elegan bagi sang pengantin. Kebaya yang digunakan adalah kebaya panjang hingga lutut pengantin dan pada bagian depan memakai Bef atau Kutu Baru. Pada Kutu Baru dipasang bros renteng atau susun tiga sehingga terlihat indah.
Pada bagian bawah, menggunakan kain batik dengan motif khusus yaitu Sido Mukti, Sido Mulyo, dan Sido Asih, serta diwiru (lipatan pada bagian depan kain) berkisar 9, 11 atau 13 jumlahnya. Saat pengantin berjalan, wiru akan melambai seperti ekor burung merak. Sebagai pelengkap busana, selop yang terbuat dari bahan beludru dengan warna senada dengan kebaya pengantin akan membuat penampilan pengantin semakin sempurna.
PENGANTIN PRIA 
Untuk busana pengantin Solo Putri, pengantin pria mengenakan Beskap Langen Harjan, kemeja berkerah dan bermanset yang dipadu dengan batin bermotif sama dengan pengantin wanita yaitu Sido Mukti, Sido Mulyo atau Sido Asih.
Perhiasan yang dikenakan pengantin pria berupa bros yang dipakai pada kerah dada sebelah kiri, dan memakai kalung Karset atau Kalung Ulur dengan bros kecil di bagian tengah yang disebut Singetan. Ujung karset ditarik ke kiri dan diselipkan pada saku beskap sebelah kiri. Di bagian pinggang, terdapat sabuk dan Boro yang terbuat dari bahan cinde
Sebagai perlambang kegagahan, pengantin pria mengenakan keris berbentuk Ladrang dan diberi Bunga Kolong Keris. Keris Ladrang diberi ukiran di tangkai yang disebut Pendok dan diberi perhiasan berbentuk lngkaran bulat seperti cincin yang disebut Selut dan Mendak. Keris ini diselipkan di bagian belakang sabuk.
Teks/Pengarah Gaya: Ratri Suyani
Busana dan Aksesori: Sanggar Liza
Tata Rias Wajah & Rambut: Sanggar Liza
Foto: KebonFoto 43
Model: Wita dan Hendy (JIM Models)


PENGANTIN WANITA 
Dalam tata rias wajah pengantin Solo, termasuk pula pengantin Solo Putri, biasanya mengikuti putri-putri raja di masa lalu. Kulit yang halus mulus, bersih dan kuning berkat ketekunan dan kerajinan mereka merawat kecantikan mulai dari lulur, mangir, ratus untuk rambut, mandi rempah dan minum jamu.
Untuk wajah, menggunakan bedak berwarna kuning. Dalam pembuatan alis dengan pensil alis warna hitam, dibentuk Mangot (lengkungan yang indah). Bagian mata diperindah dengan bayangan mata atau eye shadow. Pada kelopak mata, bagian atas diberikan warna hijau sama-samar, sedangkan kelopak mata bawah diberi warna coklat dan makin ke atas makin tipis warnanya. Garis mata ditebalkan dengan pensil warna hitam dan menggunakan mascara untuk mempertebal, menghitamkan dan memperlentik bulu mata.
Wajah yang cantik harus terlihat cerah. Karena itu, biasanya pengantin wanita Solo menggunakan pemerah pipi dengan warna merah muda samar-samar dan lipstick berwarna cerah seperti merah.
Riasan dahi pada wajah pengantin wanita Solo adalah hal yang paling penting. Riasan di dahi atau biasa disebut paes adalah perlambang kecantikan dan symbol membuang perbuatan buruk. Selain itu, merupakan awal si pengantin menuju kedewasaan. Paes pengantin Solo Putri berwarna hitam dan terdiri dari 4 bentuk cengkorongan yaitu bentuk Gajahan, bentuk Pengapit, Penitis, dan Godeg. Sanggul pengantin Solo Putri disebut sanggul Bangun Tulak.
Sanggul ini memiliki ciri khas atau bentuk mirip kupu-kupu sehingga sering disebut Ngupu. Sanggul Bangun Tulak dahulu digunakan oleh permaisuri atau putri raja. Untuk putri yang sudah menikah, sanggul berhiaskan bunga Bangun Tulak, sedangkan yang belum menikah tidak mengenakan bunga apapun.
Tak boleh dilupakan adalah hiasan sanggul agar sanggul terlihat cantik dan indah. Ada beberapa hiasan penting penghias sanggul yaitu Cunduk Mentul, Bros Gelung (simyoki), Tanjungan, Sintingan, Cunduk Jungkat, Centung, Borokan dan Tiba Dada Bawang sebungkul. Cunduk Mentul berjumlah 7 buah dan dipasang seperti kipas menghadap ke depan. Bros Gelung atau juga disebut ceplok gelung dipasang di bagian tengah sanggul. Tanjungan berjumlah 6 buah dan dipasang di sebelah kiri dan kanan masing-masing 3 buah.
Sedangkan Sintingan terdiri dari 2 buah bunga kantil, yang dipasang dengan cara diselip pada rambut di sebelah kiri sanggul tepat di belakang telinga. Cunduk Jungkat berupa hiasan yang dipasang dari arah depan di atas ubun-ubun, sementara Centung dipasangkan pada pangkal pengapit sebelah kiri dan kanan. Borokan berupa 4 atau 5 bunga melati yang ditusuk dengan lidi dan dipasang di sebelah kiri Cunduk Jungkat. Terakhir, Tiba Dada Bawang Sebungkul adalah rangkaian bunga melati yang dipasang di atas sanggul di sebelah kanan teruntai hingga dada sebelah kanan. Sebagai pelengkap adalah subang, kalung, gelang dan cincin.
PENGANTIN PRIA 
Tata rias wajah dan rambut pengantin pria terinspirasi dari raja keraton Kasunanan Surakarta. Di atas kepala, pengantin pria mengenakan Kuluk Kanigoro (semacam topi) dengan garis-garis berwarna kuning yang disebut Tarak. Perhiasan yang ada di atas Kuluk disebut Nyamat.
Pengantin pria juga mengenakan bunga yang disebut Sumping yang terbuat dari bunga melati setengah mekar dan ditusuk dengan lidi. Sumping tersebut dikenakan pengantin pria dengan cara diselipkan pada telinga kiri dan kanan.
Lambang Keharmonisan dan Kemantapan Hati

Sajen dalam upacara pernikahan adat Jawa awalnya merupakan sajian yang dipersembahan untuk arwah nenek moyang dan dewa. Tujuannya agar calon pengantin mendapatkan berkah dari roh para leluhur dan dewa. Namun saat ini sajen hanya sekedar hiasan dan perlambang untuk menyemarakan suasana dan ruangan pesta pernikahan serta sebagai suguhan bagi para keluarga, kerabat dan undangan yang datang.
Pada pernikahan pengantin Surakarta (Solo), ada beberapa macam sajen yang berisi ragam makanan khusus yang disiapkan calon pengantin seperti Sajen Bucalan, Sajen Tarub, Sajen Siraman, Sajen Ngerik, Sajen Rasulan, Sajen Midodareni, Sajen Nikah dan Sajen Sepasaran. Dari seluruh sajen yang tersedia, hampir sebagian besar menggunakan jajanan pasar khas Jawa. Simak saja Sajen Bucalan yang berisi tumpeng kecil lima warna, jajanan pasar seperti jadah, wajik, uwi gembili, tape dan masih banyak lagi. Demikian juga pada Sajen Tarub terdiri dari nasi putih, ayam panggang, burung dara, sayur menir dan jajanan pasar.
Sajen Siraman terdiri dari ayam panggang, tumpeng nasi, sayuran, lauk pauk seperti daging kebo siji goreng, tempe goreng. Tak ketinggalan, jajanan pasar dan ragam buah-buahan. Saat siraman, es dawet juga menjadi salah satu makanan wajib sajen yang disiapkan orang tua calon pengantin wanita. Es dawet disimpan di dalam wadah kendil dan dijjual kepada para tamu yang datang saat upacara siraman. Yang menarik, uang untuk membeli es dawet berupa tanah liat atau pecahan genting. Es dawet melambangkan harapan agar rumah tangga calon pengantin selalu harmonis dan langgeng.
Untuk Sajen Ngerik, terdiri ragam makanan khas Jawa seperti jajanan pasar, buah-buahan termasuk pisang rajadan pisang pulut, bermacam-macam jenang dan masih banyak lagi. Setelah upacara siraman, sore harinya diadakan upacara rasulan. Sajen Rasulan merupakan hidangan pada saat calon pengantin, keluarga, kerabat dan undangan yang hadir mengirimkan doa dan shalawat kepada para Rasul. Sajen Rasulan atau Nasi Asahan dibuat dalam jumlah ganjil yaitu 5, 7 atau 9 buah. Terdiri dari ketan, kolak dan kue Apem, jenang 3 macam, Sego Golong (nasi yang dibuat bulat-bulat), Jangan (Sayur) Menir, nasi putih, lauk pauk, lauk goreng-gorengan dan jajanan pasar. Setelah pembacaan doa selesai, semua yang disajikan dibagi rata menjadi 7 bagian dan diberikan kepada yang hadir. Cara ini merupakan suatu kebiasaan, bukan keharusan.
Pada malam Midodareni, biasanya diadakan Sajen Midodareni atau Sajen Majemukan. Biasanya terdiri dari pisang raja, jajanan pasar, nasi uduk atau nasi gurih, opor ayam jantan lengkap dengan jeroan di dalamnya (disebut Ingkung), sambal goreng krecek/ati, kedelai goreng. Sajen ini dibagikan saat pukul 24.00. Bersamaan dengan ini, disediakan pula lauk khusus untuk calon mempelai putri yang terbuat dari jeroan ayam dengan bumbu pindang yang disebut Pindang Antep. Tujuannya agar calon pengantin putrid menjadi mantap hatinya mengadapi saat yang sangat penting yaitu pernikahan.
Sajen Nikah dibuat dan dipersiapkan sebelum upacara pernikahan. Makanan yang ikut disajikan dalam sajen ini yaitu pisang raja, jajanan pasar, dan buah-buahan lainnya. Setelah sepasar atau 5 hari setelah hari pernikahan, di rumah orang tua pengantin pria biasanya diadakan upacara Ngunduh Mantu. Dalam acara ini, disediakan Sajen Sepasaran yang disediakan sebelum upacara Ngunduh Mantu berlangsung. Dalam sajen ini, terdapat jajanan pasar, buah-buahan, bermacam jenang, dan Sego Janganan (Nasi Urap). Sajen ini disajikan di tempat yang telah ditentukan. Saat pengantin datang, nasi urapan dibagi-bagikan kepada anak-anak, tetangga dan teman-teman.





No comments:

Post a Comment